Sumsel: Aktivis Anti Korupsi di Sumsel Soroti Kehadiran Herman Deru di Muara Enim, Pertanyakan Asal Usul Helikopter “Menyala Abangku”

jejakkasus.co.id, PALEMBANG – Pasangan Calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Herman Deru dan Cik Ujang (HDCU) mendapat sorotan dari sejumlah aktivis anti korupsi di Sumsel.

Hal ini tak terlepas ketika dalam Lawatannya ke Muara Enim, Herman Deru datang menggunakan Helikopter bertuliskan “Menyala Abangku”. Helikopter tersebut mendarat di Lapangan Merdeka, Muara Enim sekitar pukul 10.00 WIB. Herman Deru yang mengenakan Kemeja Putih dan Celana Hitam langsung disambut Pasangannya Cik Ujang beserta Tim Pemenangan yang sudah menunggu. Mereka pun langsung bertolak menuju lokasi Peresmian Posko Pemenangan di Bumi Serasan Sekundang, Kamis (27/6/2024).

Ketua BPI KPNPA RI Sumsel Feriyandi mempertanyakan sumber dana yang digunakan Herman Deru untuk menyewa Helikopter tersebut.

Hal ini sejalan dengan pertanyaan yang belum terungkap mengenai asal-usul harta Herman Deru yang meningkat signifikan semasa menjabat Gubernur Sumsel.

Melansir Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negera (LHKPN) Komisi Pemberantasan Korupsi, kenaikan harta kekayaan Herman Deru dari 2021 ke 2022 mencapai 268.87 persen. Pada 2021 total harta kekayaannya mencapai Rp 40.428.670.919,- lalu meningkat hingga mencapai Rp 149.129.100.760,- atau ada kenaikan Rp 108.700.429.841,- pada akhir 2022.

“Kami sejak dulu menuntut harus ada transparansi, termasuk kali ini dalam penggunaan dana Kampanye, karena cara ini tidak lazim, karena biaya menyewa Helikopter itu tidak murah. Apalagi di tengah kondisi masyarakat yang sedang sulit,” kata Feri.

Hal senada juga diungkapkan Direktur Eksekutif Suara Informasi Rakyat Sriwijaya (SIRA) Rahmat Sandi, menurutnya cara Kampanye Herman Deru menggunakan Helikopter ke sejumlah daerah menjadi anomali ketika saat masih menjabat Gubernur Sumsel.

“Anomali menurut saya, karena sebelum menjadi Gubernur, seolah tidak mau menggunakan Helikopter. Tapi saat menjadi Gubernur dan tidak menjabat saat ini justru bisa naik kendaraan yang biaya sewanya fantastis. Ini yang harus dijelaskan dari mana asal muasalnya,” tegasnya.

Personal Branding yang Tidak Tepat
Pengamat Politik Bagindo Togar menilai cara Herman Deru menggunakan Helikopter tersebut seolah mencari perhatian agar menarik simpatik masyarakat. Padahal, apa yang dilakukannya justru menimbulkan polemik dan dipertanyakan.

“Disini saya menilainya dia ingin membranding, jika dalam Kontestasi Pilgub nanti dirinya yang paling siap dari Pasangan Calon lain. Tapi, dari mana dia dapatkan itu, tadinya mau Pamer Helikopter malahan jadi Blunder,” ungkap Bagindo.

Meskipun demikian, di sisi lain Koordinator Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Sumsel Nunik Handayani berpendapat, cara Kampanye Herman Deru dengan menggunakan Helikopter dinilai sah-sah saja asalkan sumber pendanaan yang jelas.

“Tidak masalah kalau memang pakai uang pribadi untuk menyewa Helikopter tersebut, karena itu pribadi, bukan punya Negara, dan memang disewakan,” katanya.

Namun menurutnya, hal itu tetap menimbulkan pertanyaan besar ketika Helikopter tersebut datang dari Pengusaha atau Perusahaan besar yang ada di Sumsel.

“Tapi, kalau itu dari Pengusaha atau Perusahaan, yang menjadi ke khawatiran itu adanya simbiosis mutualisme. Jadi pemberian fasilitas Helikopter itu ada maksud tertentu dari Pengusaha atau Perusahaan ketika dia nantinya terpilih lagi jadi Gubernur,” pungkasnya. (Ical)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *