jejakkasus.co.id, SAWAHLUNTO – Akibat salah satu Pipa Air berusia lebih dari 110 tahun patah, warga Air Dingin dan Tangsi Baru (Tanah Lapang) Goro bersama, Sabtu 25 Desember 2021.
Sumber air yang dimanfaatkan oleh kurang lebih 200 Kepala Keluarga (KK) ini dulunya adalah objek vital (selain sumber air batang sumpahan Sikabu) yang mensuplai kebutuhan masyarakat Sawahlunto termasuk kebutuhan air untuk Gudang Ransum, Gudang Cuci dan RSUD.
Saat ini, sumber air tersebut berada dalam kondisi rusak parah. Tembok Bendungan Penampung Air jebol / hancur akibat dihantam Galodo pada tahun lalu, dan sampai saat ini belum mendapat perbaikan secara permanen. (Dibendung menggunakan Karung Pasir).
Toni Ketua Karang Taruna Air Dingin periode 1916-1919 saat di konfirmasi dilokasi mengungkapkan, Dam Bendungan Penampung Air ini belum diperbaiki kembali secara permanen akibat sulitnya jalan yang harus ditempuh dalam mengangkut peralatan dan material untuk perbaikan .
“Selain menempuh Hutan, rute jalan ke lokasi mesti ditempuh dengan memanjat Tebing Terjal menggunakan Tali. Dulunya, di Tebing ini ada terpasang Rantai Besi, itulah maka jalan menuju lokasi ini disebut dengan istilah “Janjang Rantai,” katanya.
“Di samping rute yang berat, warga juga kesulitan akibat kekurangan biaya guna pembelian bahan untuk proses pengerjaannya. Tahun lalu warga sudah urun rembug untuk perbaikan, tapi dananya hanya cukup untuk pembelian Pipa pengganti Pipa-Pipa yang rusak dan hilang terbenam Lumpur dalam Ngarai yang curam akibat Galodo pada tahun lalu,” kata Toni.
Sampai berita ini diturunkan, perbaikan sementara agar air dapat kembali mengalir kerumah-rumah warga belum dapat diselesaikan dan rencananya akan diperbaiki kembali esok hari.
Note :
Mengutip catatan dokumentasi yang di tulis oleh Tillema, H.F. Jaar van uitgave (1915-1923), Burgerlijke Openbare Werken (BOW), yaitu Dinas Pekerjaan Umum pada zaman Pemerintahan Kolonial Belanda melaporkan, bahwa pembangunan Bendungan Bak Penampungan, serta Instalasi Pipa Air dari Hutan yang berada di Bukit Janjang Berantai Kelurahan Air Dingin menuju Pusat Kota Sawahlunto ini dilakukan tahun 1911 seiring dengan pemasangan Instalasi Air yang bersumber dari Batang Sumpahan Sikabu Sawahlunto.
Awalnya, ada tiga sumber yang direncanakan untuk mensuplai kebutuhan air bersih di Sawahlunto, yaitu Sumber air yang berasal dari Lurah Batung Air Dingin, Sikabu dan Sumur yang terletak di pintu masuk Terowongan Lubang Kalam.
Namun setelah melalui penelitian bakteriologis dll yang dilakukan oleh Grijns serta hasil analisis dari Petersen van Dongen dan Pool yang dimuat pada Jurnal Media Belanda tahun 1905 diputuskan, hanya dua sumber yang layak dimanfaatkan, yaitu Lurah Batung Air Dingin dan Sikabu.
Sedangkan sumber dari Sumur yang berada di pintu masuk terowongan dinyatakan tidak layak, karena terkontaminasi dalam artian Bakteriologis. (Yanto)