Sumbar: Masyarakat Desa Rantih Lestarikan Tradisi Bakaua

jejakkasus.co.id, SAWAHLUNTO – Bakaua atau ber-Kaul adalah Tradisi di Minangkabau yang diselenggarakan pada saat mulai turun ke Sawah untuk bertanam Padi atau paska Panen dan kondisi tertentu lainnya dengan memanjatkan doa bersama ditempat ibadah maupun sambil melakukan Ziarah ke Makam Leluhur diakhiri dengan prosesi makan bersama oleh penduduk suatu Kampung.

Hingga saat ini, masih ada beberapa daerah yang menjaga dan melestarikan Tradisi Bakaua, salah satunya di Desa Rantih, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).

Pantauan jejakkasus.co.id, pada Minggu sore, tanggal 27 Maret 2022, terlihat puluhan penduduk desa mulai dari anak-anak hingga dewasa, Tokoh dan Tetua Adat serta Kaum Ibu dengan menjinjing Rantang berisi makanan untuk dihidangkan.

Datang berjalan kaki menuju lokasi Makam Pendiri Kampung yang terletak di Dusun Sawah Tambang, Desa Rantih untuk melakukan prosesi Bakaua sambil berziarah dan memanjatkan doa bersama pada Sang Pencipta paska Panen Padi, sekaligus menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan tahun ini.

Salah satu Tetua atau Ninik Mamak Desa Rantih Yulizar Pandito Malin Mancayo dalam sambutannya menyampaikan, bahwa prosesi Bakaua ini dilangsungkan di Area Makam Pendiri Kampung bukanlah dengan maksud meminta dan berdoa kepada arwah Leluhur.

Tetapi sebagai wujud penghormatan atas jasa-jasa Leluhur yang telah berjuang Manaruko atau mendirikan dan membesarkan Kampung dengan membersihkan Kawasan/Area Pemakaman.

“Doa dan puji-pujian ditujukan hanya Kehadirat Allah SWT dan meminta Syafaat Nabi Besar Muhammad SAW atas rezeki yang diberikan, baik itu atas hasil Sawah masyarakat yang baru saja di Panen maupun rezeki yang didapat dari sumber lainya sembari memohon perlindungan agar Kampung terhindar dari segala musibah dan Bala Bencana,” kata Malin Mancayo.

Sementara itu, Kepala Desa Rantih Mumammad Edi Yusuf menuturkan, kegiatan ini kembali dilaksanakan setelah dua tahun terhenti akibat pandemi Covid-19 yang melanda.

“Sudah dua tahun terhenti, mengingat wabah virus corona yang berdampak pada terbatasnya kegiatan sehari-hari, sehingga berimbas kepada Sektor Perekonomian masyarakat,” kata Kades Edi.

“Desa ini masuk dalam salah satu daerah tujuan wisata dan juga telah dinobatkan sebagai Desa Wisata. Namun, akibat pandemi, tingkat kunjungan para wisatawanpun ikut terpengaruh,” tutur Kades Edi.

Wali Kota Sawahlunto dalam hal ini diwakili Asissten III Dedi Ardona pada sambutannya menyampaikan permohonan maaf dari Wali Kota Sawahlunto Deri Asta, S.H., yang tidak dapat hadir ditengah warga desa, karena ada tugas yang tak dapat ditinggalkan.

Dikatakannya, Wali Kota menitipkan salam dan berpesan, agar masyarakat tetap semangat dalam menjalankan aktivitas, baik itu pekerjaan sehari-hari maupun kegiatan dalam bidang wisata.

Karena Desa Rantih adalah salah satu desa tujuan wisatawan untuk berkunjung melihat keindahan alam serta kekayaan Seni Budaya dan Tradisi yang ada.

“Tradisi Bakaua ini adalah budaya positif, karena didalamnya terdapat unsur kebersamaan, sehingga silaturahim antarwarga terus terjalin dengan erat diiringi rasa sabar dan selalu mensyukuri atas nikmat dan karunia yang diberikan Allah SWT. Mari kita rawat, jaga dan lestarikan nilai-nilai positif yang terkandung dalam Tradisi Bakaua ini,” kata Dedi Ardona mewakili Wali Kota.

Kegiatan Bakaua yang diakhiri dengan doa dan jamuan makan bersama oleh seluruh warga Desa Rantih yang berkesempatan datang pada hari ini.

Juga turut dihadiri oleh jajaran Dinas Kebudayaan PBP Kota Sawahlunto, di antaranya Sekretaris Dinas Adrial, S.S., M.Par., Kepala Bidang Kebudayaan Sarlina Putri beserta rombongan, Kepala Dusun Sawah Tambang Afdal, Ninik Mamak, Cadiak Pandai, Alim Ulama serta Tokoh Masyarakat lainnya. (Faiz/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *