Nasional: Glenn Fredly Meninggal Akibat Meningitis, Kenali Gejala dan Faktor Risikonya

jejakkasus.co.id, JAKARTA – Glenn Fredly Penyanyi kebanggaan Tanah Air diketahui memiliki Penyakit Meningitis atau Radang Selaput Otak telah berpulang pada Rabu (8/4/2020).

Dokter Spesialis Saraf di Primaya Hospital Bekasi Timur (nama baru RS Awal Bros) dr. Yusi Amalia, Sp.S., mengatakan, Meningitis adalah Infeksi Cairan Otak disertai Peradangan.

“Peradangan mengenai piameter (lapisan dalam Selaput Otak) dan arachnoid, serta bisa juga mengenai Jaringan Otak dan medulla spinalis,” tutur Yusi kepada Kompas.com, Kamis (9/4/2020).

Yusi mengatakan, berdasarkan perubahan yang terjadi pada Cairan Otak, Meningitis dibagi menjadi 2 golongan.

“Pertama, adalah Meningitis Serosa. Ini ditandai jumlah Protein dan Sel yang meningkat disertai Cairan Serebrospinal yang jernih. Penyebab paling sering adalah Kuman TBC dan Virus,” tutur Yusi.

Golongan kedua, adalah Meningitis Purulenta atau Meningitis Bakteri yang bersifat akut. Meningitis Purulenta yang paling sering terjadi adalah Meningitis Meningococcus.

“Penularan dapat terjadi secara kontak langsung dengan Penderita, atau droplet infection, yaitu terkena Percikan Ludah, Dahak, Ingus, Cairan Bersin dan Cairan Tenggorok Penderita,” tambahnya.

Yusi menjelaskan, bahwa Saluran Nafas merupakan jalan masuk utama pada penularan penyakit jenis ini. Bakteri disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari pernapasan, dan Sekresi Tenggorokan yang masuk secara hematogen (aliran darah) ke dalam Cairan Serebrospinal dan memperbanyak diri di dalamnya.

“Sehingga, menimbulkan peradangan pada Selaput Otak dan Otak secara keseluruhan,” tambahnya.

Gejala Meningitis, dokter Spesialis Saraf dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), yakni dr. Rubiana Nurhayati, Sp.S., mengatakan, orang yang terkena Meningitis punya beberapa gejala umum.

“Antara lain, Sakit Kepala dan Demam. Kemudian, saat bertambah parah, diikuti oleh turunnya Tekanan Darah dan bahkan kejang,” tutur Rubiana kepada Kompas.com.

Hal itu dibenarkan oleh Yusi, dan mengatakan, tiga gejala Klinis yang menandai kemungkinan Meningitis adalah Demam, Nyeri Kepala, dan Kaku Kuduk.

“Gejala lain bisa berupa penurunan kesadaran atau Disorientasi, Kejang, Nafsu Makan Menurun, serta Mual dan Muntah,” tambahnya.

Penderita Meningitis Virus biasanya menunjukkan gejala Klinis yang lebih ringan, jarang ditemukan penurunan kesadaran.

“Meningitis Virus memiliki prognosis yang jauh lebih baik. Sebagian Penderita sembuh dalam 1-2 minggu dan dengan pengobatan yang tepat, sembuh total bisa terjadi,” ujar Yusi.

Dalam mendiagnosis Meningitis, dapat dilakukan pemeriksaan berupa Tes Darah, Rontgen, CT Scan atau MRI Kepala dan Lumbal Pungsi. Berupa pengambilan Cairan Otak atau Cairan Serebrospinal untuk mendiagnosis penyebab terjadinya Meningitis pada penderita.

Kapan harus memeriksakan diri ke dokter? Yusi menyebutkan, apabila mendapati tiga gejala di atas, yaitu: 1. Demam 2. Nyeri Kepala 3. Kaku Kuduk, maka Anda sebaiknya langsung memeriksakan diri ke dokter. Penanganan Meningitis diawali dengan stabilisasi hemodinamik dan pengambilan sampel untuk diagnosis pasti.

Yusi menjelaskan, pemberian Obat-obatan disesuaikan dengan gejala yang dirasakan, seperti untuk nyeri Sakit Kepala, Antimuntah, dan Antikejang.

“Prognosis Meningitis tergantung pada umur, penyebab penyakit, banyaknya organisme dalam Selaput Otak, jenis Meningitis, dan lama penyakit sebelum diberikan Antibiotik,” tutur Yusi.

Faktor risiko, Yusi menyebutkan, Meningitis lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan.

“Dan distribusi lebih nyata pada Bayi,” lanjutnya.

Yusi juga menyebutkan, risiko penularan Meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio-ekonomi rendah, serta lingkungan yang padat, seperti Asrama, Kamp Tentara, dan Jemaah Haji.

“Penyakit ini banyak terjadi di Negara Berkembang dibandingkan Negara Maju. Kejadian Meningitis dikarenakan Virus bisa berhubungan dengan Musim,” tambahnya.

dr. Rubiana menambahkan, faktor risiko Meningitis sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh dan keganasan Bakteri.

“Juga jika ada penyakit lain atau penyakit penyerta, maka faktor risikonya lebih tinggi,” pungkasnya.

Sumber: KOMPAS.com (09/04/2020)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *