Jawa Barat: Peringati Maulid Nabi, 3 Keraton di Cirebon Laksanakan Tradisi Panjang Jimat

jejakkasus.co.id, CIREBON – sebanyak tiga (3) Keraton yang berada di Kota Cirebon, yakni Keraton Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan menggelar puncak Muludan, yakni Tradisi Pelal atau Panjang Jimat dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Sabtu malam (8/10/2022).

Di Keraton Kasepuhan, Tradisi Panjang Jimat selain dihadiri oleh kerabat Keraton, ribuan masyarakat Cirebon juga mengikutinya dengan khidmat.

Pada prosesi tersebut, sejumlah benda Pusaka Keraton Kasepuhan ditata dengan rapi di Bangsal Panembahan, Prabayaksa dan Pringgandani.

Dalam prosesi tersebut, terdapat ratusan Lilin, Air Mawar, Panjang (tabsi yang berisi Nasi Rosul), Guci yang berisi Air Serbad, empat buah Baki serta Tumpeng Jeneng dan Nasi Uduk.

Dipercaya, kesemuanya memiliki makna tersendiri, seperti Baki berjumlah empat berisi Botol Minuman, menggambarkan Manusia terdiri dari empat Unsur.

Sedangkan, Tumpeng Jeneng dan Nasi Uduk, menggambarkan pemberian nama yang baik untuk Bayi yang baru lahir.

Kemudian, iring-iringan Panjang Jimat menuju Langgar Agung, disana dilaksanakan Salawatan dan Pengajian Kitab Barjanzi hingga tengah malam. Selesai prosesi, Nasi Rosul dan sajian lainnya dimakan bersama.

Patih Sepuh Pangeran Raja Goemelar Soeriadiningrat memimpin proses Panjang Jimat, mewakili Sultan Sepuh XV Keraton Kasepuhan PRA Luqman Zulkaedin.

“Malam Pelal atau Tradisi Panjang Jimat ini merupakan dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, dan kita sebagai Umatnya harus meneladani Suri Tauladan beliau, kesederhanaan beliau, kepemimpinan beliau hingga akhir hayatnya. Mudah-mudahan, kita semua mendapat Syafa’at dan berkah dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW,” ucapnya.

Di tempat yang berbeda, Kesultanan Kanoman Cirebon melalui juru bicaranya Raja Ratu Arimbi Nurtina menjelaskan, istilah Pelal Ageng artinya malam keutamaan yang besar yakni malam saat seorang Nabi dan Rasul Muhammad SAW lahir ke dunia.

Istilah tersebut berasal dari kata Panjang, yakni sebuah Piring Pusaka berbentuk Bundar Besar pemberian seorang Pertapa sSuci bernama Sanghyang Bango dari Gunung Siangkup.

Sedangkan istilah Jimat, yakni sebuah benda apapun yang mempunyai nilai Sejarah dan nilai Pusaka yang harus dijaga.

“Istilah Jimat yang dimaksud dalam hal ini adalah sebutan untuk Nasi yang dalam prosesnya, ketika masih Gabah dikupas satu persatu sambil melantunkan Salawat kepada Nabi Muhammad SAW,” ujarnya.

Ratu Arimbi mengatakan, Beras yang sudah dikupas, kemudian disucikan atau dipesusi di Sumur Bandung. Bahkan, proses juga diiringi lantunan Salawat oleh rombongan ibu-ibu yang suci (menjaga wudlu) dari hadas kecil dan hadas besar, dan salah satunya adalah Perawan Sunti.

“Nasi yang proses memasaknya diiringi Salawat inilah yang disebut Nasi Jimat. Jimat yang dimaksud adalah Salawat yang dipanjatkan kepada Baginda Gusti Kanjeng Rasulullah SAW, karena Salawat inilah yang menjadi sebab Syafa’at Umat Manusia ketika tiba hari pembalasan,” jelasnya.

Menurut Ratu Arimbi, dengan kata lain, Panjang Jimat adalah iring-iringan Nasi Jimat yang diletakan di atas Piring Panjang, sehingga malam Pelal Ageng itu disebut Malam Panjang Jimat., malam yang bersejarah dalam sejarah Penciptaan Manusia dan Alam Semesta.

“Oleh sebab itu, malam ini (12 Mulud) merupakan acara ritual terbesar, karena penghormatan terhadap Nur Muhammad menjadi sebab adanya dunia dan Alam Semesta. Sementara, kelahiran Gusti Rasul Muhammad menjadi sebab terangnya Cahaya Islam bagi Semesta Alam,” tandasnya. (H. Indang/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *