Jawa Barat: Pengidap HIV/AIDS Diberdayakan dengan Pelatihan Jadi Barista

jejakkasus.co.id, BANDUNG – Dinas Sosial (Dinsos) Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) memberdayakan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) lewat pelatihan untuk menjadi Barista di Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Jawa Barat Dodo Suhendar mengatakan, pemberdayaan diberikan agar ODHA tetap bisa produktif di kehidupan sehari-hari.

“Pemberdayaan sosial harus dilanjutkan. Mereka yang memiliki potensi dan harus tetap beraktivitas. Silakan kembali bekerja, bermusik, berolahraga, di bidang jasa atau yang lainnya sesuai dengan kemampuannya. Di Bandung, salah satu program pemberdayaannya adalah pelatihan Barista,” kata Dodo di Gedung Sate, Bandung dilansir CNN Indonesia, Jumat (2/9/2022).

Menurut Dodo, jika ODHA produktif secara ekonomi, setidaknya akan mengurangi stigma negatif di masyarakat.

Dodo pun mengajak kepada semua pihak untuk memetakan keberadaan ODHA dan potensi yang dapat dikembangkan di masyarakat. Apalagi, ODHA dari kalangan keluarga miskin juga berhak untuk mendapatkan Bantuan Sosial (Bansos).

“Jika mereka dari keluarga tak mampu bisa memanfaatkan Bantuan Sosial. Mereka juga memiliki hak yang sama untuk mengakses Bansos, bantuan Sembako, BPJS hingga KIP (Kartu Indonesia Pintar),” ujar Dodo.

Dodo mengatakan, bahwa orang yang mengetahui dirinya terinfeksi HIV/AIDS biasanya akan menarik diri dari pergaulan. Semua potensi dirinya pun terkubur.

“Salah satu tugas kita adalah membantu mereka untuk kembali aktif dan produktif dalam lingkungan sosialnya,” ucap Dodo.

Sementara itu, Yana Suryana dari Jabar Quick Response (JQR) mengatakan, pihaknya sudah melakukan pendampingan kepada ODHA, terutama pada kelompok rentan ekonomi.

“Kita juga memikirkan, agar mereka tetap mendapatkan akses pendidikan, akses terhadap obat atau ARV, dan lainnya,” kata Yana.

Lanjut Yana, seperti saat pandemi Covid-19, JQR membantu ODHA agar tetap memiliki akses terhadap pengobatan ARV.

“Dengan akses terhadap pelayanan kesehatan yang lebih cepat, maka kontinuitas pengobatan ARV tetap berjalan di tengah keterbatasan akses akibat Covid-19,” pungkasnya. (Hery/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *