Jawa Barat: Kuwu Desa Panguragan Kulon, Kusyono : Dalam Tradisi Sedekah Bumi Ada Nilai-nilai Toleransi

jejakkasus.co.id, CIREBON – Pemerintah Desa (Pemdes) Panguragan Kulon, menggelar Acara Sedekah Bumi yang dimeriahkan dengan Pagelaran Kesenian Tradisional Wayang Kulit bertempat di Balai Desa Panguragan Kulon, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Jabar), Senin (13/11/2023) pagi hingga malam.

Kuwu/Kepala Desa (Kades) Desa Panguragan Kulon H. Kusyono menyampaikan, bahwa Sedekah Bumi adalah salah satu Adat/Budaya masyarakat Desa Panguragan Kulon yang dilaksanakan untuk menyambut datangnya Panen Raya sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena Panen yang diharapkan telah tiba dengan hasil yang memuaskan.

Kuwu Kusyono mengungkapkan, Tradisi Sedekah Bumi juga merupakan produk sosial masyarakat yang didalamnya memiliki fungsi sosial sebagai pengenalan Nilai-nilai Toleransi.

“Fungsi sosial yang terkandung dalam Sedekah Bumi patut diapresiasi dengan tetap melestarikan Tradisi ini, dan masih dilakukan masyarakat Panguragan Kulon hingga kini,” ungkap Kuwu Kusyono.

Kuwu Kusyono menerangkan, sebagai produk dari kearifan lokal yang memiliki Nilai-nilai Toleransi. Masyarakat Desa Panguragan Kulon adalah salah satu contoh masyarakat yang masih menjaga Budaya dan Tradisi meskipun hidup di Zaman modern ini, tidak membuat kehilangan identitasnya.

“Salah satu Tradisi yang masih Lestari hingga saat ini adalah Sedekah Bumi sebagai produk sosial dari kehidupan masyarakat Desa Panguragan Kulon yang memiliki Nilai-nilai Kemanusiaan, salah satunya adalah Nilai Toleransi,” jelas Kuwu Kusyono.

Kuwu Kusyono menegaskan, Tradisi Sedekah Bumi merupakan salah satu contoh kearifan lokal yang memiliki Nilai-nilai Toleransi didalamnya, selama bertahun-tahun masyarakat Desa Panguragan Kulon sudah mengenal Nilai-nilai Toleransi, bagaimana menghargai, menerima, dan setuju dalam perbedaan.

“Melalui Tradisi Sedekah Bumi, kita dapat melihat kerukunan masyarakat, meskipun dalam ruanglingkup kehidupan bermasyarakat tentu masih banyak kearifan lokal atau Tradisi lannya yang memiliki Nilai-nilai Toleransi. Karena suatu Kebudayaan muncul bukan dalam waktu yang sebentar, melainkan ada dialektika Kebudayaan yang berlangsung selama bertahun-tahun,” jelas Kuwu Kusyono.

“Dialektika yang terjadi, tentu melalui pro dan kontra, sehingga pada saat itulah Nilai-nilai Toleransi terbentuk untuk saling berkompromi, salah satu produknya adalah kegiatan Sedekah Bumi di Desa Panguragan Kulon ini,” pungkasnya. (Om JK).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *