BOGOR- JK. DPC Asosiasi Wartawan Demokrasi Indonesia (AWDI) Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan, ikut menghadiri undangan dari DPP AWDI Pusat dalam rangka, Workshop Kompetensi Jurnalis AWDI. Kamis, (25/01/2020). Dalam acara tersebut diikuti berbagai jurnalis, antara lainnya dari Muara Enim (Agustan) Media Jejak Kasus dan beberapa jurnalis lainnya.
Kegiatan yang diselenggarakan selama dua hari bertempat di Wisma Kompas Gramedia dan Istana Presiden Cipanas, kegitan tersebut diisi dengan materi salah satunya Pendalaman Kode Etik Jurnalistik dan Publik Speaking bagi Wartawan
Menghadirkan Nara Sumber, Aat Surya Syafaat, Uten Sutendy, Dr. Nunu Ibnudin, M.Si. dan Dr. Dadah Muliansyah, MM., M.Si, Jon Hendry serta Dr. Kusnul Arifin MEi.
Kamis sekitar pukul 12. 30. Wib. DPP AWDI mengajak peserta Kompetensi untuk mengenal lebih dekat dan sejarah Istana Presiden di Cipanas.
Bayu, salah satu pemandu wisata Istana Presiden Cipanas menceritakan, “Komplek Istana Cipanas yang terletak di kaki Gunung Gede Jawa Barat pada ketinggian 1100 meter diatas permukaan laut ini adalah yang terluas di Indonesia. Luasnya yang mencapai 26 hektar dimana sekitar 8000 meter persegi digunakan untuk bangunan dan sisanya merupakan padang rumput, kolam, hutan lindung, kandang binatang, dan pertamanan.
Istana ini juga merupakan satu-satunya Istana di Indonesia yang memiliki hutan lindung didalam kompleknya, sebagai hutan penyangga lingkungan.
Sejarah dimulai pada tahun 1742 (di mana Istana Bogor baru dibangun 1744 dan Istana Jakarta pada abad ke-18), ketika Gubernur Jenderal Belanda yang bernama Gustaaf William Baron Van Imhoff, yang mungkin tidak ada hubungannya dengan Ruud van Nistelrooy ataupun Marc Overmars, memulai pembangunan tempat ini.
“Semua bermula dari ditemukannya sumber air panas yang keluar tanpa henti dari dalam tanah oleh penduduk lokal sekitar tahun 1740.” Katanya.
Untuk meningkatkan profesionalisme wartawan, Asosiasi Wartawan Demokrasi Indonesia (AWDI), menggelar “Workshop Kompetensi Jurnalis AWDI perdana di Wisma Kompas, Cipanas, Jawa Barat, selama dua hari 23-24 Januari 2020.
Dari kuota kepersertaan sebanyak 25 orang, namun ternyata karena antusias peserta yang begitu tinggi, akhirnya menjadi 45 orang. Para peserta datang dari berbagai daerah, yakni DKI Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Sumatera Selatan.
Pemberi materi kegiatan tersebut merupakan dari kalangan profesional yang tidak diragukan lagi kiprahnya dalam dunia kewartawanan yakni, Aat Surya Safaat, merupakan wartawan senior, Kepala Biro Kantor Berita Antara yang bermarkas besar PBB New York 1993-1998.
Uten Sutendi mantan wartawan Media Indonesia sekaligus sebagai budayawan, Dadan Muliansyah selaku pengamat jurnalistik, Kusnul Arifin dari Asosiasi Dosen Pendidikan Kewarganegaraan Seluruh Indonesia, serta Direktur Lembaga Bantuan Hukum PPK dan Biro Hukum Tipikor PSMTI.
Gelaran ini juga dihadiri Ketua Umum AWDI, Budi Wahyudin, Sekretaris Jenderal AWDI, Ali Nasrullah Ramadhan serta pengurus kesekjenan AWDI beserta anggota AWDI.
Adapun materi yang disampaikan oleh para pemberi materi mulai dari bagaimana seorang wartawan menjadi publik speaking yang handal, membuat berita berdasarkan kaidah jurnalistik, hingga pemberitaan yang tidak menabrak UU pers.
Aat Surya Safaat mengatakan, “bahwa seorang wartawan harus rajin untuk membaca, dan minimal bisa satu bahasa asing, seperti bahasa Inggris.
“Kata pendiri Microsoft, Bill Gates adalah paradigma kaya, maka kuasai informasi teknologi, bahasa asing, silaturahmi, dan jangan lupa untuk selalu berdoa,” ujarnya.
Uten Sutendi menyampaikan, seorang jurnalis yang sukses itu yang bisa berbicara dan menulis. Menurut dia, banyak tokoh-tokoh dunia menerapkan dua hal itu, seperti Presiden AS ke-44 Obama, Presiden Pertama Indonesia Soekarno dan pemimpin Revolusi Republik Iran Ayatollah Khoemeini.
“Jadi publik speaking sangat penting bagi seorang jurnalis. Kalau ada matahari di dunia ini, salah satunya jurnalis. Jangan di sia-siakan jurnalis.” Jelasnya. (Team)