Sumbar: Perjuangan Rakyat Silungkang Melawan Belanda di Peringati Banjir Air Mata

jejakkasus.co.id, SAWAHLUNTO – PKP3KI (Persatuan Keluarga Putra Putri Perintis Kemerdekaan Indonesia) Cabang Sawahlunto menyelenggarakan kegiatan bertema “Olek Nagari Silungkang” dalam rangka memperingati peristiwa pemberontakan Silungkang 1 Januari 1927, bertempat di Pelataran Pasar Silungkang, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat (Sumbar), Selasa (4/1/2022).

Ketua DPW PKP3KI Sumbar Ir. Irland, M.M., dalam kata pengantarnya pada pembukaan acara menyampaikan, kegiatan ini dilaksanakan guna mengenang serta menginspirasi generasi penerus untuk dapat meneladani semangat para perintis kemerdekaan yang berjuang bertaruh jiwa dan raga pada peristiwa perlawanan rakyat Silungkang 1926-1927.

“Bersama Nagari Silungkang, ada 17 Nagari lainnya yang melakukan perlawanan. Walaupun gagal, namun perjuangan ini diakui sebagai perlawanan rakyat dalam melawan penjajahan dan para pejuang yang terlibat diakui oleh pemerintah sebagai Pahlawan Perintis<” kata Irland.

M. Shadig Pasadigoe yang turut menghadiri “Olek Nagari” ini sebagai salah seorang anak Perintis Kemerdekaan Datuak Pakiah Saleh Digoel (ditangkap dan dibuang Belanda ke Boven Digoel akibat membeli dan menyimpan senjata jenis Browning di Surau Aia Lalok, Rao-Rao) memenyampaikan, bahwa dalam kondisi kini dimana Generasi Perintis sudah tinggal beberapa lagi yang tersisa, serta akibat kurangnya perhatian dari publik dalam mengenang dan meneladani perjuangan para Tokoh Perintis merasa sangat bersyukur atas diselenggarakannya kegiatan ini.

“Untuk diketahui, pemberontakan di Sumatera Barat yang terorganisir dalam merintis kemerdekaan yang mengakibatkan kematian pada pihak Belanda terjadi hanya di Silungkang. Ada istilah kami dulu yang menyebutkan bahwa “Orang Silungkang Itu Jantan”.

“Dan yang terpenting, ingatlah, bahwa kemerdekaan ini bukanlah hadiah Belanda, tetapi diraih berkat perjuangan dari para pendahulu,” tutur Shadig.

Sementara itu, Ketua KAN Nagari Silungkang Yusril Moenir Malin Malano dalam sambutannya menyampaikan harapan masyarakat, agar peristiwa perlawanan rakyat ini dapat dimasukkan sebagai agenda kegiatan rutin di Pemkot Sawahlunto.

“Masyarakat melalui PKP3KI sangat berharap kepada pemerintah, untuk menjadikan sejarah perjuangan ini sebagai agenda resmi dan masuk dalam mata pelajaran bermuatan lokal pendidikan dasar siswa sekolah,” papar Yusril.

Sementara itu, Walikota Sawahlunto Deri Asta, S.H., Rangkayo Mudo Dirajo mengatakan, Silungkang adalah Negeri yang luar biasa. Negeri para Pejuang dan Perintis, hanya sangat disayangkan, peristiwa perlawanan ini belum tercatat oleh Negara sebagai perjuangan rakyat Indonesia, dan masih banyak karya tulis media cetak maupun online yang menyatakannya sebagai Peristiwa Pemberontakan Komunis Silungkang.

“Kami menghimbau Dinas dan Instansi terkait agar mengadakan seminar-seminar ilmiah untuk mengkaji peristiwa ini secara mendalam agar sejarah ini tidak dapat tercatat sebagai sejarah perjuangan rakyat Indonesia tanpa embel-embel Komunis”.

“Peristiwa ini terjadi dalam rangka melawan ketidakadilan yang dirasakan masyarakat terhadap Belanda yang memiliki kepentingan besar di Negeri ini, yaitu Penambangan Batubara. Mari kita bersatu, Insya Allah, apapun yang kita inginkan bisa tercapai, khususnya dalam mengangkat peristiwa sejarah ini, sehingga dapat diakui oleh pemerintah pusat sebagai sejarah perjuangan rakyat Indonesia dalam merintis kemerdekaan,” pungkas Wako Deri Asta.

Turut menghadiri kegiatan tersebut, Wakil Walikota Sawahlunto Zohirin Sayuti, Sekretaris Daerah (Sekda) Sawahlunto Ambun Kadri, Ketua DPRD yang diwakili oleh anggota DPRD Sawahlunto Masril, Kepala Dinas Kebudayaan Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman Hilmet, Ninik Mamak Tokoh Masyarakat dan warga masyarakat Kecamatan Silungkang, Kota Sawahlunto.

Sebelum Peletakan Karangan Bunga oleh Wako Deri Asta di Tugu Pemberontakan terhadap Belanda, para pelajar Silungkang memainkan cuplikan drama keberanian rakyat Silungkang saat melawan Belanda, penampilan drama ringkas membuat penonton banjir air mata.

Pasalnya, dari pengiring acara sampai menjiwai sinetron tersebut, sangat menjiwai, ditambah suara lantang pemain, kadangkala sendu, dengan backing vocal yang membuat Bulu Kuduk berdiri.

Diantara penonton, terutama kaum perempuan, semuanya banjir Air Mata, ibarat menonton sinetron yang sebenarnya, pokoknya yang hadir merasa puas walau mata harus basah. (Yanto/Faiz)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *