PAGAR ALAM- JK. Seismograf (alat perekam aktivitas gunung) mencatat kegempaan Gunung Gempo cenderung fluktuatif. Meski intensitas kegempaan menurun, masih terjadi embusan yang dikeluarkan dari kawah gunung api tersebut.
Hal ini diungkapkan Kepala Pos Pengamatan Gunung Dempo, Megian Nugraha kepada awak redaksi Jejak Kasus, Kamis (2/1/2020)
Dikatakannya, embusan sifatnya bukan letusan freatik berupa lontaran material abu vulkanik gunung yang diawali dengan tanda tanda erupsi, diiringi naiknya aktivitas. Sedangkan, rangkuman kegempaan dari bulan-bulan lalu dinilai menurun.
“Sejauh ini belum kami temukan ada letusan freatik dari kawah Gunung Dempo, baik berdasarkan analisa rekaman seismograf maupun pengamatan visual,” terangnya.
Ke depan, lanjut Megian, tentu belum dapat memprediksi kemungkinan apa yang terjadi terhadap gunung api tersebut. Apakah akan naik atau tetap normal di level I aktif normal, tetap dalam pemantauan.
“Fenomena alam tidak bisa ditebak. Kami dari Pos Pemantauan Gunung Dempo tetap mengintensifkan pengamatan terhadap kondisi kekinian dan mengantisipsi hal yang tidak diinginkan,” ujarnya.
Ditambahkan Megian, hasil rekap data berdasarkan alat rekam kegempaan seismograf tercatat ada satu kali vulkanik dalam, tektonk jauh terjadi sebanyak tiga kali dan dua kali embusan.
Diimbau kepada masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap gelojak fenomena alam yang tidak bisa diprediksi sebelumnya, guna mengindari bahaya yang ditimbulkan.
“Untuk visual cuaca dominan mendung dengan intensitas hujan tinggi, puncak Gunung Gempo terkadang berkabut,” jelasnya.
Menurut Megian, potensi hujan yang lebat tidak begitu berpengaruh. “Kalau untuk hujan dengan intensitas tinggi hanya berpengaruh terhadap pemantauan secara visual,” tutupnya. (Hel)