jejakkasus.co.id, PONTIANAK – Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) Sutarmidji mengungkapkan kondisi geografis membuat cakupan vaksinasi Covid-19 di wilayahnya sulit menembus target.
Pasalnya, daerah Kalbar diketahui daerah terluas Nomor 3 di Indonesia, sehingga sulit menembus target vaksinasi Covid-19.
“Untuk pelaksanaan vaksin ini, masalahnya bukan karena masyarakat tidak percaya, tapi karena kondisi geografis kita yang sulit untuk melaksanakannya. Buktinya vaksin 1 sudah 84 persen,” kata Sutarmijdi di Pontianak, Selasa (08/03/2022).
Sutarmijdi mengatakan, percepatan cakupan vaksinasi di Pulau Jawa tidak memiliki kendala yang tinggi.
Namun, berbeda dengan di Kalbar yang menjadi tantangan tersendiri bagi Pemprov setempat.
“Kalau di Jawa, capaian vaksinnya bisa lebih cepat, karena selain wilayahnya yang tidak terlalu besar, juga bisa dijangkau dengan mudah. Kalau di Kalbar, Kabupaten Kapuas Hulu saja besarnya sama dengan Provinsi Jawa Barat ditambah Banten,” tutur Sutarmidji.
Belum lagi ada daerah di Kabupaten Bengkayang, seperti Sungkung, wilayah itu yang hanya bisa diakses dengan Helikopter untuk mengangkut Beras dan memberikan layanan vaksinasi.
“Makanya, vaksinasi ini juga belum bisa dilakukan menyeluruh. Namun, kita beruntung dibackup oleh TNI dan Polri yang juga aktif melakukan vaksinasi di daerah yang sulit di jangkau,” kata Sutarmijdi.
Sutarmijdi menambahkan, saat ini memang masih belum ada edaran baru terkait vaksinasi Covid-19.
Hanya saja, target Kalbar untuk akhir Maret, dirinya berharap vaksinasi 1 bisa di atas 90 persen, vaksin 2 mencapai 65-70 persen.
Sutarmidji juga menyatakan, saat ini Kalbar juga belum memiliki Laboratorium yang bisa menentukan varian Omicron atau Delta.
Sehingga, pihaknya masih bergantung pada Labkes Jakarta untuk mendapatkan hasil dari sampel yang dikirimkan.
“Saya juga ingin menyampaikan kepada saudara kita yang dari etnis Tionghua, tanggal 20 Maret nanti jadwal Sembahyang Kubur. Saya minta, kalau dari luar Kalbar jangan pulang, dan melakukan Sembahyang di tempatnya saja, karena mobilisasi masyarakat dari daerah penduduk ke daerah lain membuat keterjangkitan tinggi,” pungkasnya. (Zul/Red)