Jawa Barat: Wabup Ayu Mengajak Generasi Millenial Lestarikan Aneka Ragam Kesenian dan Budaya Cirebon

jejakkasus.co.id, CIREBON – Wakil Bupati (Wabup) Cirebon Hj. Wahyu Tjiptaningsih, S.E., M.M., menghadiri acara Pengukuhan Pengurus sekaligus Pagelaran Seni Masres di Desa Karangreja, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, Jawa barat (Jabar), Selasa (18/10/2022).

Turut hadir pula dalam acara tersebut, Sultan Keraton Kacirebonan ke-X Pangeran Sultan Abdul Gani Natadiningrat, dan Forkopimcam Suranenggala beserta jajaran.

Alhamdulillah, saya dapat menghadiri Pengukuhan Pengurus sekaligus Pagelaran Seni Masres Kabupaten Cirebon,” tutur Wabup Cirebon yang biasa disapa Bunda Ayu di Desa Karangreja, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon.

Bunda Ayu menjelaskan, bahwa Masres adalah salah satu jenis Kesenian Tradisional berbentuk Teater. Dalam pelaksanaan pertunjukan ini tidak terlepas dari Unsur-unsur Tari, Nyanyi, Musik Tradisional dan Drama.

“Masres ini juga sebuah Tradisi turun temurun yang terus dilestarikan masyarakat Kabupaten Cirebon disetiap tahunnya,” jelas Bunda Ayu.

Bunda Ayu mengaku, merasa kagum dan bangga luar biasa Pagelaran Seni Masres, karena dari berbagai Aspek Kesenian dijadikan satu pertunjukan yang menghibur.

“Wah, pokoknya bagus,” ujar Bunda Ayu.

Bunda Ayu juga berpesan kepada Generasi Millenial untuk melestarikan aneka ragam Kesenian dan Budaya di Kabupaten Cirebon.

“Jangan cuma bangga jadi Generasi Millenial yang kekinian, mari berbangga hati karena Kabupaten Cirebon memiliki aneka ragam Kesenian dan Budaya,” pungkasnya.

Sebagai informasi, dari Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, bahwa Masres merupakan sebutan untuk Kesenian Teater dari Tanah Kebudayaan Cirebon yang meliputi Karawang, Subang, Indramayu, Majalengka, Kuningan, Kota dan Kabupaten Cirebon serta sebagian wilayah Brebes.

Masres sebenarnya adalah jenis Benang yang dipergunakan oleh para Nelayan untuk menangkap Ikan. Benang ini di Sulam untuk dijadikan sebuah Kain yang bertekstur halus. Kain Masres ini kemudian dijadikan Layar (bahasa Cirebon: Kelir) yang dituangkan Lukisan-lukisan kehidupan masyarakat didalamnya dengan tujuan memperkuat cerita yang dibawakan oleh para Pemeran-nya.

Sejarah Awal

Pada awalnya Kain Masres hanya diwarnai satu warna saja, seperti merah, kuning dan lainnya sebelum menemukan bentuknya, seperti yang sekarang dipenuhi Lukisan-lukisan kehidupan masyarakat.

Awal Alkulturasi Masres dengan Budaya Eropa diperkirakan terjadi pada tahun 1500-an. Portugis pada masa itu mempengaruhi Kesenian Teater Masres dari cara Penataan Panggungnya. Namun, dengan tetap mempertahankan penggunaan Ritme Musik Tradisional Cirebon.

Belanda kemudian mempengaruhi Kesenian Teater Masres pada awal abad ke-20, terutama saat Grup Teater Dardanella yang terkenal di Hindia Belanda pada masa itu mementaskan Pagelarannya di sekitar tahun 1920-an.

Dardanella dibentuk oleh Willy A. Piedro (nama aslinya Willy Klimanoff) seorang Aktor Keturunan Rusia kelahiran Penang, Malaysia. Istrinya, Dewi Dja juga bergabung sebagai seorang Pemain. Selain itu, Grup ini juga diisi oleh Tan Tjeng Bok (seorang Penyanyi Keroncong) Ferry Kock dan Astaman.

Dardanella memperkenalkan sebuah Gaya Kesenian Teater yang lebih banyak menekankan pada Gaya Berdialog, sementara mengurangi penggunaan Musik Pengiring pada Pagelarannya. Gaya Teater ini kemudian dikenal dengan nama Toneel atau dalam Bahasa Cirebon disebut Tonil.

Penggunaan Bahasa Cirebon (termasuk seluruh ragam dialeknya) dan Musik-musik Tradisional Cirebon pada hasil adaptasi Toneel dengan Masres membuat Gaya Berteater yang meminimalisirkan penggunaan Musik ini juga dipandang sebagai bagian dari Gaya-gaya Pagelaran Masres.

Kesenian Masres sebenarnya juga masuk ke wilayah Purwakarta sekarang (yang pada masa itu merupakan bagian dari wilayah Karawang yang menjadi bagian dari wilayah bekas Kesultanan Cirebon).

Di wilayah Purwakarta, Gaya Teater dengan menekankan pada Gaya-gaya Berdialog dan mengurangi penggunaan Musik juga disebut dengan istilah Tonil.

Hanya saja, penggunaan Bahasa Sunda dan beragam Musik Ritme Sunda yang lebih kental membuat Pagelaran Teater semacam ini di wilayah Purwakarta dipandang berbeda dengan wilayah-wilayah bekas Kesultanan Cirebon yang masih menggunakan Bahasa Cirebon.

Pelestarian

Pelestarian pada Kesenian Teater Masres terkendala dari lambatnya Regenerasi yang dilakukan oleh Sanggar-Sanggar Teater Masres, ditambah kurangnya Penabuh Gamelan yang mengiringi Masres, membuat usaha Pelestarian Teater Masres sedikit tersendat.

Upaya Pelestarian Masres Sandiwara Tradisional Khas Cirebon Asal Jawa Barat, Klasifikasi Terbuka, Kondisi Masih Bertahan.

Upaya Pelestarian Pertunjukan Seni, Pameran, Peragaan/Demonstrasi. Salah satu jenis Kesenian Tradisional berbentuk Teater yang tumbuh dan berkembang di daerah Cirebon adalah Seni Pertunjukan yang disebut oleh sebagian masyarakat Kota Udang itu sebagai Kesenian Masres. Kesenian Tradisional yang dalam Pertunjukannya tidak terlepas dari Unsur-unsur Tari, Nyanyi, Musik, dan Drama.

Penamaan Masres itu sendiri muncul dari masyarakat Apresiator-nya sebagai sebuah Peristilahan, padahal sebenarnya adalah Teater Tradisional yang umumnya disebut Sandiwara. Struktur Pertunjukannya, yaitu Tahap Pembukaan, dan Tahap Inti.

Peralatan, atau Alat Musik/Waditra yang digunakan, yaitu Satu Ranca Bonang, Satu Rancak Kempyang/Rincik, dua Rancak Saron, Gambang, Satu Rancak Titil/Peking, satu Rancak Penerus/Selentem, Gong dan Kempul, satu Set Kendang, Bedug/Dogdog, Kemong, Ketuk dan Kebluk, Kecrek, Suling Miring/Bangsing.

Busana/Kostum yang digunakan disesuaikan dengan peran yang dimainkan (untuk Pemain Drama), dan ada juga berupa Baju Kampret dan Ikat Kepala (untuk para Pemusik/Wiyaga). Selain itu, Handprof yang digunakan, yakni Keris, Golok, Tombak, Tameng, Pedang, Tongkat, dan lain-lain.

Alat Peraga Bantu, yaitu duplikat berbagai jenis Hewan, model Hantu-hantuan dan lain-lain. Sementara, Dekorasi umum yang digunakan, yaitu masing-masing satu Set Dekorasi luar dan dalam. Selanjutnya, Perlengkapan Pendukung lainnya, seperti Soundsystem, Lampu aneka macam warna, dan Perlengkapan Dekorasi.

Kesenian ini bisa di Pentaskan di Pekarangan Rumah, di Kuburan atau Pantai dimana tempat lainnya, dan waktunya dilakukan kapan saja. (*)

Sumber: Link Referensi: Kompilasi Kesenian Tradisional Cirebon-Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Cirebon.

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *