Jawa Barat: Sartono : Masyarakat Harus Waspada Terhadap Penyebaran Kasus DBD

jejakkasus.co.id, CIREBON – Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (Kabid P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon Sartono, M.Kes., menghimbau masyarakat agar waspada terhadap penyebaran penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) khususnya di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Jabar).

Kasus penyebaran DBD di Kabupaten Cirebon yang diakibatkan oleh gigitan Nyamuk Aedes Aegypti di masyarakat semakin bertambah dari waktu ke waktu.

Seiring dengan intensitas curah hujan yang tinggi, sehingga mengakibatkan genangan air dibeberapa tempat sebagai pemicu berkembang lebih banyaknya Jentik-jentik sebagai bakal Nyamuk dewasa Aedes Aegypti.

Berdasarkan data dari pengelola program DBD Seksi P2PM Bidang P2P Kadina Hendrayana, SKM., per tanggal 15/02/2022. Bahwa, jumlah kasus DBD di wilayah Kabupaten Cirebon terhitung sampai Bulan Februari di Minggu ke-2 tahun 2022 sebanyak 347 kasus.

Dengan rincian, angka kesakitan IR (Insiden Rate) 49/100.000 penduduk, adalah 15,11/100.000 penduduk. Sedangkan, kasus kematian < 1 persen dan jumlah kasus kematian sebanyak 2 kasus dengan angka indikator IR sebesar 0,58 persen.

Sementara itu, Kabid P2P Dinkes Kabupaten Cirebon Sartono, M.Kes., mengatakan, hal itu karena masih banyaknya desa dan kelurahan yang memberikan kontribusi terhadap penyebaran kasus DBD di masyarakat.

“Tentunya karena beberapa faktor pencetus, seperti lingkungan yang tingkat kebersihannya kurang terjaga baik di sekitar luar ataupun di dalam rumah. Juga dari mobilitas masyarakat, karena bepergian antarkota yang cukup tinggi untuk mencari nafkah keseharian,” ungkap Sartono kepada jejakkasus.co.id, Rabu (16/02/2022).

“Untuk itu, gerakan kebersihan dengan 3M+Plus adalah kegiatan yang selalu dicanangkan pemerintah dari pusat hingga ke daerah untuk menekan laju penyebaran kasus DBD, melalui kegiatan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur) barang-barang bekas, Plus dengan menaburkan Bubuk Abate pada Bak-bak Mandi,” jelas Sartono.

“Selain itu, kegiatan pengasapan atau fogging pada daerah endemis DBD telah dilakukan oleh Bidang P2P Seksi P2PM Dinkes Kabupaten Cirebon sebagai antisipasi penyebaran lebih meluas dengan melihat kriteria Insiden Rate-nya di lapangan,” kata Sartono.

“Di sisi lain, berdasarkan hasil dari pemeriksaan Laboratorium dengan surat keterangan dari Rumah Sakit, kasus panas di sekitar rumah dengan radius 200 meter, jumlah banyaknya Jentik Aedes Aegypti di tempat penampungan Air Bersih (Bak Mandi, Ember atau Tempayan) mengakibatkan kasus meninggal karena positif DBD,” jelas Sartono.

“Langkah pengasapan atau fogging bukanlah alternatif utama dalam penanggulangan kasus DBD, karena hanya membunuh Nyamuk dewasa, sedangkan Jentik-jentik Nyamuk-nya masih ada dalam perindukannya atau dalam genangan Air Bersih, gantungan pakaian di dalam rumah,” ujar Sartono.

“Oleh karena itu, peran aktif seluruh lapisan masyarakat serta Aparat Desa setempat sangat diharapkan, terus meningkatkan kebersihan di lingkungan sekitar dengan tidak membuang Sampah sembarangan di pelataran tanah kosong,” terangnya.

“Seperti membuang sisa potongan Batang Bambu, Ban-ban Mobil bekas atau Kaleng Kosong yang akan menjadi tempat genangan air yang menimbulkan perindukan Nyamuk Aedes Aegypti,” imbuhnya.

Lanjut Sartono, kegiatan menguras Bak Mandi minimal setiap seminggu sekali juga harus dilakukan, kemudian di taburi Bubuk Abate.

“Penyuluhan kesehatan secara terus menerus untuk memberikan informasi dengan Mobil Keliling Promkes sebagai media untuk uwar-uwar pada masyarakat terus dilakukan oleh Bidang Kesehatan Masyarakat dari Dinas Kesehatan,” tutur Sartono.

“Dan juga dari Mobil Pusling dari Puskesmas wilayah setempat untuk mengingatkan masyarakat menjaga lingkungan dengan baik dan bersih dari Jentik Nyamuk Aedes Aegypti agar terjaga dari penyebaran kasus Demam Berdarah,” pungkasnya. (Hasan/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *