jejakkasus.co.id, CIREBON – Wakil Wali Kota Cirebon Dra. Hj. Eti Herawati menghadiri Seminar Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif (GPPH) dan Keterlambatan Bicara (Speech Delay) bertempat di Aula Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon, Jawa Barat (Jabar), Minggu (6/11/2022).
GPPH merupakan kasus Psikiatrik anak yang terbanyak dalam masyakarat yang dapat terlihat di sekolah-sekolah. Demikian banyaknya kasus tapi tidak tertangani dengan baik, sehingga hasil prestasi anak kurang optimal.
Untuk itu, kesadaran yang optimal dari Orangtua, Guru dan orang-orang dewasa yang hidup dengan lingkungan anak GPPH sangat diperlukan.
Selain itu, penanganan kasus GPPH secara terpadu dan menyeluruh juga dapat memperbaiki kondisi anak GPPH, sehingga anak mampu berprestasi dan mencapai cita-cita serta dapat berkarier dengan baik di masa depannya nanti.
Terkait hal itu, Eti menyampaikan, bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) Kota Cirebon berupaya mendorong ketersediaan dan peran Terapis bagi anak dengan GPPH dan Speech Delay. Sebab, hal ini berkaitan dengan perkembangan anak di masa depan.
“Melalui Dinas Pendidikan, kami perlu mendata jumlah anak yang mengalami GPPH dan speech delay di sekolah, baik di Tingkat PAUD, TK maupun SD. Setelah terdata, Terapis Keliling Sekolah atau idealnya satu Terapis untuk satu sekolah,” ujar Eti.
Sebagai informasi, dilansir dari Admin Dinkes Buleleng, bahwa Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif (GPPH) ditandai dengan rentang perhatian yang buruk disertai dengan hiperaktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai dengan perkembangan usia anak.
Untuk memenuhi kriteria diagnostik, gangguan ini harus ada selama 6 bulan. Gangguan ini menyebabkan fungsi akademik dan sosial terganggu. Gangguan ini bisa dialami anak sejak usia bayi.
Usia pertama kali diperoleh gangguan ini paling sering pada anak berusia 3 tahun. Sementara, seorang anak memiliki usia “golden age periode” pada usia 0-3 tahun, adalah usia dimana tumbuh kembang anak memiliki masa emas.
Banyak anak yang menunjukkan gejala GPPH tapi tidak disadari oleh orangtua dan hanya menganggap anak “bandel dan bodoh”. Banyak anak GPPH juga yang memiliki IQ yang tinggi tapi tidak memperoleh hasil optimal, karena tidak diobati.
Penelitian menunjukkan, GPPH di dalam kelas dapat mencapai 10-40 persen, dan setiap hari semakin meningkat kasus GPPH pada anak. (Tim)