jejakkasus.co.id, INDRAMAYU – Perhatian Pemerintah terhadap Angka Kematian Bayi terutama Bayi Premature menjadi prioritas penting, karena menjadi salah satu Indikator Tingkat Kesehatan suatu Bangsa.
Berdasarkan laporan dari PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) tahun 2010 yang menempatkan Indonesia pada urutan 5 sebagai Negara dengan jumlah Bayi Prematur terbanyak di Dunia .
Hal ini didukung Data Biro Pusat Statistik 2016, Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 25 kematian setiap 1.000 Bayi yang lahir. Penyebab utamanya adalah Bayi berat lahir rendah (BBLR) termasuk Prematuritas, diikuti oleh Asfiksia dan Infeksi.
Bayi Prematur adalah Bayi yang lahir sebelum akhir usia Gestasi 37 minggu, tanpa memperhitungkan berat badan lahir. Semakin Prematur Seorang Bayi, maka semakin besar risiko kematiannya.
Salah satu penyebab kematian pada Bayi Prematur disebabkan karena hipotermia (7%). Oleh sebab itu, penanganan Bayi Premature perlu mendapatkan Perawatan dengan Incubator.
Menurut Dewan Standarisasi Nasional (DSN) Inkubator Bayi adalah alat yang digunakan untuk Merawat Bayi Premature atau Bayi dengan berat badan baru lahir rendah (BBLR) dengan memberikan Suhu dan kelembaban yang stabil dan kebutuhan Oksigen sesuai dengan kondisi dalam Kandungan Ibu.
Jaman sekarang, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat teknologi Inkubator Bayi semakin canggih. Perkembangan ini dapat dilihat dari segi bentuk, sumber energi, pengaturan Suhu dan kelembaban yang sudah mendekati kondisi di dalam Kandungan Ibu.
Hal tersebut disampaikan Yudhy Kurniawan, ST., MT., Dosen Politeknik Negeri Indramayu, Prodi Teknik Pendingin dan Tata Udara sekaligus Ketua Tim Program Pengabdian kepada masyarakat kepada Awak Media pada Jumat, 08 November 2024.
Yudhy Kurniawan menambahkan, Bayi Prematur membutuhkan Inkubator sebagai Alat Pemanas untuk menjaga
Suhu Tubuh ideal mereka. Berat Bayi Prematur, rata-rata 1,2 Kg, sangat kecil dibandingkan Bayi normal.
Saat baru dilahirkan, Bayi belum memiliki energi yang cukup untuk beradaptasi dengan perubahan Suhu tersebut. Jika tidak cepat ditangani, maka Bayi akan gemetar kedinginan.
Fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia, khususnya Inkubator Bayi, belum merata hingga ke pelosok daerah. Puskesmas di Indonesia masih banyak di Perkotaan.
Menurut data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018 menunjukkan, bahwa jumlah Puskesmas di Pulau-pulau atau Pedesaan masih sedikit dibandingkan dengan Kota. Alat tersebut masih tergolong eksklusif untuk bisa dirasakan manfaatnya bagi kalangan masyarakat ekonomi ke bawah atau pra-sejahtera, sehingga pelayanan terhadap penanganan Bayi Premature menjadi terkendala.
Sebagai wujud kepedulian, pihak Institusi Perguruan Tinggi dan kewajiban Tridarma bagi seorang Dosen, yaitu dengan memberikan kontribusi solusi terhadap permasalahan yang dialami masyarakat, khususnya kalangan pra-sejahtera di Wilayah Indramayu dan sekitarnya, sekaligus membantu pihak Rumah Sakit atau Puskesmas dalam penanganan masalah kelahiran Bayi Prematur.
“Maka mencoba untuk melakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) melalui program pengembangan Sosioteknopreneur peduli kesehatan Bayi dengan peminjaman Inkubator Bayi dan Fototherapy gratis yang bisa digunakan oleh pengguna di rumah,” tuturnya
Yudhy Kurniawan menjelaskan, dalampelaksanaannya, pihak Perguruan Tinggi dalam hal ini di inisiasi oleh Politeknik Negeri Indramayu (POLINDRA) yang melibatkan Dosen dan Mahasiswa akan menyediakan dan membuat fasilitas Inkubator dengan dipandu dari Tim Relawan dari Universitas Indonesia (UI) sebagai pencetus produk inovasi Inkubator Grashrof Portable.
Alat ini nantinya akan diserahterimakan kepada Relawan yang sudah terjalin komitmen kerja sama untuk dikelola dan dipinjamkan secara gratis kepada pengguna sampai kondisi Bayi kembali normal sesuai berat badan yang standar.
Untuk menjadi Agen Relawan tidak memiliki persyaratan khusus dan bisa melibatkan siapa saja yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kesehatan anak.
Untuk itu, pihak POLINDRA berinisiatif bekerja sama dengan pihak Perangkat Kesehatan Desa, dalam hal
ini dengan para Bidan Desa Tugu Kidul, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Keuntungan penggunaan Inkubator ini, selain Portable bisa dibawa mudah, tidak membutuhkan Daya Listrik tinggi, dan pihak pengguna tidak perlu menggunakan AC di rumah, seperti ruang pengkondisian Inkubator yang ada di Rumah Sakit, serta orang tua Sang Bayi dapat memonitor perkembangan Sang Bayi lebih dekat.
Kegiatan peminjaman Incubator secara gratis kepada masyarakat ini dilakukan melalui pendekatan langsung dengan kegiatan sosialisasi sekaligus pendataan pengguna melalui Media Whatsapp.
Untuk memudahkan dalam jejaring komunikasi, kegiatan PkM ini dinamakan ‘ICare’ (Peduli Inkubator Bayi), dibuat Tim PkM dengan Cover Lembaga atau Komunitas Non-profit, sehingga ada ikatan kerja sama dalam kegiatan berkesinambungan.
“Hasil kegiatan ini, Alhamdulillah semua Mitra yang menggunakan Inkubator ini merasakan manfaat yang begitu
besar, mereka sangat berterima kasih dengan program peminjaman Inkubator Bayi ini secara gratis,” ucapnya.
“Dengan program ini, berharap ke depannya akan banyak masyarakat luas didaerah lain yang dapat menggunakannya, sudah tidak ada lagi kendala bagi masyarakat dalam merawat Bayinya dengan menggunakan Incubator secara mudah dan gratis, serta meningkatkan kesadaran banyak masyarakat untuk peduli dan saling membantu, terutama kepada kalangan ekonomi lemah atau pra-sejahtera,” pungkasnya. (Ron)