Jawa Barat: Kuwu Desa Panguragan Kulon Kusyono : Ritual Budaya Mapag Sri Menjaga Tradisi, Meneruskan Semangat Bertani

jejakkasus.co.id, CIREBON – Pemerintah Desa (Pemdes) Panguragan Kulon yang dipimpin oleh Kepala Desa (Kades)/Kuwu H. Kusyono menggelar acara Mapag Sri, Ritual jelang Panen Raya bertempat di Halaman Kantor Desa Panguragan Kulon, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Jabar), Senin (06/05/2024).

Mapag Sri adalah salah satu Adat atau Budaya masyarakat Indonesia, khususnya di Wilayah Jawa dan Sunda.

Kuwu Desa Panguragan Kulon Kusyono menyampaikan, bahwa Budaya Mapag Sri di Panguragan Kulon khususnya, dilaksanakan untuk menyambut datangnya Panen Raya sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, Allah SWT.

“Mapag Sri dilaksanakan dengan maksud sebagai ungkapan rasa syukur para Petani kepada Tuhan Yang Maha Esa karena Panen telah tiba dengan harapan hasil yang memuaskan,” tutur Kuwu Kusyono.

Kuwu Kusyono menjelaskan, Mapag Sri, apabila ditilik dari Bahasa Jawa halus mengandung arti menjemput Padi, Mapag berarti menjemput, sedangkan Sri dimaksudkan sebagai Padi, dan maksud dari menjemput Padi adalah Panen.

“Ritual Budaya dalam acara Mapag Sri, sebelumnya warga Petani diwajibkan membawa Tumpeng beserta Lauk Pauknya, kemudian dikumpulkan di Balai Desa untuk melakukan doa syukuran dan makan bersama. Setelah itu, Mapag Sri dimeriahkan dengan menghadirkan Pertunjukan Ruat Wayang Kulit sehari semalam,” papar Kuwu Kusyono.

Menurut Kuwu Kusyono, Tradisi Mapag Sri masih terawat dan terjaga sampai sekarang, meskipun acaranya sederhana hanya membawa Tumpeng dan Lauk Pauk, berdoa bersama yang dipimpin Tokoh Agama dan dihadiri Kepala Desa, tamu undangan serta warga masyarakat setempat.

“Menggelar Upacara Adat Mapag Sri adalah menjaga Spirit Bertani dan mencintai Alam Semesta. Perasaan rasa syukur atas Karunia Tuhan memberikan keberkahan atas setiap Benih Padi yang kita tanam, semoga menjadi penghidupan Umat Manusia,” kata Kuwu Kusyono.

Kuwu Kusyono berharap, tahun depan acara Mapag Sri dapat dilaksanakan lebih meriah lagi seperti tahun yang sudah-sudah.

“Semoga tahun berikutnya bisa lebih meriah seperti dulu dengan menggelar Pentas Kesenian dan bisa menjadi Wisata Budaya,” ujar Kuwu Kusyono.

Kuwu Kusyono mengucapkan terima kasih kepada seluruh warganya, khususnya Petani yang tetap berpegang teguh mempertahankan Budaya tersebut.

“Saya sangat berterima kasih, warga masih mempertahankan Tradisi Leluhur dalam menyambut Musim Panen Padi (Mapag Sri),” ucap Kuwu Kusyono.

Sementara, salah satu Petani yang tak mau disebutkan namanya pada kesempatan itu menambahkan, bahwa lebih bangganya lagi, para Petani di Desa Panguragan Kulon masih tetap semangat walau kerap dihadapkan dengan berbagai ujian atau musibah, seperti sulit Pupuk, mahal Obat-obatan dan kadang diserang Hama Wereng.

“Meski seringkali disaat Musim Tanam kita dihadapkan kesulitan Pupuk, mahalnya harga Obat-obatan, tidak menjadikan kita berhenti menjadi Petani dan terus berucap syukur atas Karunia yang diberikan oleh Allah SWT,” pungkasnya. (Om JK)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *