CIREBON- JK. Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menggerebek tempat penampungan Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) atau TKI ilegal di Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. BP2MI menemukan 25 calon TKI yang menempati tempat penampungan ilegal tersebut.
Kepala BP2MI Benny Rhamdani mengatakan, calon TKI yang menghuni tempat penampungan itu dijanjikan diberangkatkan ke Taiwan dan Polandia.
“Jumlahnya ada 25 orang. Ditempatkan di tiga tempat, pertama di Perumahan Roro, Karangasem dan Kejuden,” kata Benny kepada awak media seusai menggerebek tempat penampungan ilegal di Desa Karangasem, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Sabtu (17/10/2020) malam.
Benny mengatakan, tiga tempat penampungan tersebut dikelola Titin Marsinih, yang mengaku sebagai sponsor atau calo. Dalam aturannya, dikatakan Benny, yang berhak mengelola penampungan calon TKI adalah perusahaan Balai Latihan Kerja (BLK) luar negeri.
“Ya melakukan perekrutan dan penampungan. Nanti kita lihat Pasal-Pasal tentang tindak pidana perdagangan orang. Tapi bahwa unsur penampungan tidak resmi adalah fakta, kita lihat sendiri. Perseorangan tidak boleh melakukan penampungan kepada mereka calon PMI. (Penampungan) hanya bisa dilakukan perusahaan BLK luar negeri,” kata Benny.
“Dari 25 orang ini ada yang sudah dua bulan dan satu tahun lebih. Tentu prihatin, tempat penampungan katakan lah ilegal. Bisa dikatakan tidak layak, kotor dan berbau. Ini menjadi perhatian Pemerintah,” kata Benny menambahkan.
Benny menerangkan, pengelola tempat penampungan itu bekerja sama dengan salah satu perusahaan bernama PT Lintas Cakrabuana yang beralamat di Cilacap, Jateng. Menurut hasil penelusuran BP2MI, PT tersebut tak ditemukan sesuai alamatnya.
Selanjutnya, BP2MI akan menindak lanjuti tentang status PT Lintas Cakrabuana, apakah ilegal atau legal.
“Artinya apakah kesalahan saudara Titin. Mulai besok kita akan koordinasi dengan ketenagakerjaan, apakah ada izin atau sudah dicabut. Legal atau ilegal. Tapi hal-hal lainnya kita lihat. Penampungan ilegal adalah fakta yang bisa dikenakan. Kemudian, bisa indikasinya pada perdagangan orang,” kata Benny.
Di tempat yang sama, Titin Marsinih mengaku sudah menjalankan bisnisnya selama tiga tahun. Ia hanya merekrut dan menampung calon TKI.
“Ada yang bawa ke sini. Saya tidak cari langsung. Kalau untuk TKI laki-laki baru satu tahun. Sebelumnya TKW. Sudah tiga tahun,” kata Titin pungkasnya. (Ron)