SURABAYA- JK. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) siap mendukung penjemputan Warga Negara Indonesia (WNI) yang sedang menjalani proses observasi terkait Virus Corona (COVID-19/nCov) di kapal pesiar Diamond Princes milik Inggris di Yokohama, Jepang, sesuai keputusan yang akan dipilih Presiden Joko Widodo. Hal itu disampaikan Kepala BNPB Doni Monardo saat meninjau Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) dr. Soeharso di Pangakalan Angkatan Laut, Komando Armada II Kawasan Tengah, Surabaya, Kamis (20/2/2020).
“BNPB siap mendukung opsi pemulangan WNI baik melalui laut maupun udara, sesuai keputusan yang akan dipilih Presiden Joko Widodo” jelas Doni.
Dalam peninjauan KRI tersebut, Kepala BNPB juga memastikan bahwa KRI dr. Soeharso siap ditugaskan sebagai salah satu Opsi operasi pemulangan WNI yang bekerja di kapal pesiar di Jepang tersebut.
“Sudah siap ini. Bagus sekali,” ujar Doni.
Kepala BNPB Doni Monardo yang hadir bersama Plt. Deputi Penanganan Darurat BNPB Dody Ruswandi melakukan peninjauan dengan didampingi oleh Panglima Koarmada II Laksamana Muda TNI Herru Kusmanto beserta jajaran tinggi TNI AL lainnya.
Saat memasuki lambung kapal yang pernah ditugaskan dalam misi operasi bantuan bencana tsunami 2004, operasi bantuan bencana gempa Sumatera Barat 2009 dan operasi penanggulangan bencana kabut asap di Kalimantan pada 2015 lalu itu, Doni melihat detil seluruh bagian kelengkapan sarana dan prasarana kapal.
Dalam beberapa kesempatan tertentu Doni juga melemparkan pertanyaan kepada kepada kru kapal yang bertugas dari TNI AL Koarmada II untuk memastikan seluruh fasilitas dan kelengkapan telah siap dan dapat ditugaskan sebagaimana mestinya.
Dari bagian hanggar kapal di dek C luar, Doni memeriksa puluhan vellbed (kasur lipat) yang telah disiagakan.
Beranjak dari dek luar, rombongan kemudian menuju ke ruang Unit Gawat Darurat, ruang ICU, ruang post operasi (RR), ruang bedah, ruang poliklinik, ruang Penunjang Klinik dan 2 ruang perawatan dengan kapasitas masing-masing 20 tempat tidur.
Melihat sebagian besar dari fasilitas yang dimiliki oleh kapal khusus jenis Bantu Rumah Sakit (BRS) itu, Doni memberikan kepercayaan penuh kepada KRI DR. Soeharso dan jajaran TNI AL untuk bertugas dalam misi kemanusiaan.
Dalam kesempatan tersebut, Doni menyampaikan bahwa penjemputan WNI terkait COVID-2019 menggunakan KRI DR. Soeharso tersebut sifatnya masih bagian dari skenario rencana.
Dalam hal ini, BNPB yang bertindak sebagai koordinator, komando dan pelaksana penanggulangan bencana akan mendukung Pemerintah Indonesia sesuai arahan Presiden Joko Widodo terkait opsi keputusan pemulangan WNI tersebut.
“Ini sifatnya masih bagian dari rencana. Dari beberapa pertimbangan nanti kita akan mendukung Pemerintah Indonesia dengan mengikuti arahan sesuai opsi keputusan Presiden Joko Widodo,” jelas Doni saat melakukan pertemuan singkat bersama jajaran petinggi TNI AL Koarmada II.
Sebagaimana yang dikabarkan sebelumnya, sebanyak 74 dari 78 WNI pekerja di kapal pesiar Diamond Princess akan dijemput Pemerintah Indonesia terkait virus corona melalui dua opsi, yakni melalui laut dan udara.
Menurut keterangan dari Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kesehatan, sebanyak empat WNI dinyatakan positif nCov dan harus menjalani perawatan intensif hingga dinyatakan sembuh dan dapat dipulangkan. Sebanyak 74 WNI tersebut saat ini masih menjalani proses observasi selama 14 hari sesuai prosedur dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) di dalam kapal pesiar.
Setelah menjalani observasi dan mendapat surat keterangan kesehatan dari Jepang dan WHO, ke-74 WNI tersebut diperbolehkan pulang dan tidak perlu lagi menjalani observasi di Indonesia, seperti 238 WNI dari Wuhan sebelumnya di Natuna. Kendati demikian, Pemerintah Indonesia tetap akan menyiagakan proses observasi lanjutan apabila diperlukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
Sebagai informasi singkat, KRI DR.Soeharso merupakan “Rumah Sakit Terapung” yang di operasikan oleh TNI AL dengan spesifikasi berat kosong 11.394 ton dan mampu memuat beban hingga penuh mencapai 16.000 ton. Kapal ini memiliki panjang 122 meter, lebar 22 meter dan draft 4,9 meter dengan geladak yang panjang dan luas sehingga mampu mengoperasikan dua helikopter sekelas Super Puma.
KRI yang sebelumnya bernama Tanjung Dalpele (972) buatan Korea Selatan ini memiliki 75 Anak Buah Kapal (ABK), 65 staf medis dan mampu menampung 40 pasien rawat inap. Dalam keadaan darurat, KRI DR. Soeharso juga dapat menampung 400 pasukan dan 3000 penumpang.
Dalam fungsinya sebagai armada angkut, kapal ini mampu membawa 14 truk/tank tempur dengan bobot satuan hingga 8 ton. Kapal ini juga mampu menampung 3 helikopter Super Puma, 2 Landing Craft Unit (LCU) tipe 23 M dan 1 hovercraft. Kemudian untuk persenjataan, kapal ini dibekali dengan senjata 2 pucuk meriam Penangkis Serangan Udara (PSU) Rheinmetall 20 mm. (Ratu-001)
Sumber:DewaAruna