Oplus_0

Babel: Berjuang Melawan Penyakit Ginjal serta Cuci Darah, Beti Agusta dan Hamidin Berharap Dapat Pulih Kembali.

jejakkasus.co.id, BELITUNG – Seorang wanita bernama Beti Agusta (32) domisili Dusun III RT 12 Desa Batu Itam Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, saat ini menderita penyakit Ginjal yang dialaminya selama tiga tahun terakhir bahkan sudah dilakukan penanganan cuci darah oleh pihak medis.

Ditemui di rumahnya pada Sabtu, (24/8/24) sore, Ia membeberkan awal mula penyakit yang dideritanya sampai masuk Rumah sakit untuk dilakukan cuci darah.

“Pada saat itu saya sempat mengalami sakit selama dua bulan dan akhirnya saya putuskan untuk periksa ke Dokter. Setelah diperiksa oleh Dokter, ternyata saya mengalami gagal ginjal karena ginjal saya kedua-duanya tidak berfungsi lagi,” tutur Beti dengan wajah sedih.

Menurut Beti, mulai saat itulah dirinya harus melakukan penanganan cuci darah di salah satu Rumah sakit swasta Kecamatan Tanjungpandan dengan program BPJS.

“Pada waktu itu di Rumah sakit swasta tersebut untuk cuci darah 2x dalam seminggu, namun setelah itu saya dirujuk ke RSUD Tanjungpandan,” ujarnya.

Pada saat dirujuk ke RSUD kata Beti, di situ saya cuci darah hanya 1x dalam seminggu dengan alasan pihak RSUD pasien penuh bahkan tenaga medis tidak cukup walaupun itu sudah 2 shift.

Kemudian sebut Beti Agusta, sebelum di rujuk ke RSUD, pihak salah satu RS swasta di Kecamatan Tanjungpandan saat melakukan cuci darah 2x dalam seminggu sebagaimana layaknya, kondisinya baik-baik saja.

“Saya masih bisa ke pantai untuk mencari kerang bahkan kerja lainnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga,” sebut Beti.

Namun kata Beti, setelah cuci darah di RSUD 1x dalam seminggu kondisi tubuh saya semakin drop. Berat badan saya semakin naik yang awalnya 60 kg dan sekarang menjadi 70 kg.

“Selain itu kaki saya jadi bengkak, cairan menumpuk walaupun minum sedikit, sesak nafas bahkan jalan di dalam rumah saja saya capek,” ungkapnya.

Beti berharap jenis penyakit yang Ia derita seharusnya dilakukan sebagaimana layaknya cuci darah minimal 2x dalam seminggu karena ini taruhannya nyawa.

Selain itu pihak terkait agar dapat menyediakan tempat atau sejenis klinik untuk menampung yang dapat menangani cuci darah agar dapat maksimal 2x dalam seminggu dan tentunya menggunakan BPJS.

Selain Beti, hal yang sama juga dialami oleh Hamidin (63) warga Desa Buluh tumbang rt.10 rw. 03 Kecamatan Tanjungpandan. Hamidin mengalami penyakit ginjal sejak 1 tahun yang lalu dan telah menjalani penanganan cuci darah oleh pihak medis.

Ia menyampaikan ke media ini di kediamannya kronologis penyakit yang di deritanya pada sabtu, (24/8/24) sore.

Awalnya Ia merasakan sakit demam, menggigil, tensi tinggi mencapai 200 lebih bahkan gejala jantung, tuturnya.

Tidak sanggup menahan rasa sakit yang di deritanya, Hamidin pun periksa ke salah satu Dokter untuk memastikan gejala yang dialaminya, Iapun dinyatakan  mengalami penyakit ginjal dan harus dilakukan cuci darah.

Mengenang masa sulit dan mendebarkan itu, Hamidin mengatakan masih ada perasaan takut karena sekali cuci darah dipastikan selamanya harus cuci darah. Namun setelah anak saya memberi saran dan semangat akhirnya saya mau juga.

Saat itu kata Hamidin, pertama kali cuci darah di RSUD Tanjungpandan sebanyak 2x namun dilakukan cuci darah hanya 1 kali dalam seminggu.

“Setelah itu dirujuk ke salah satu RS swasta di Tanjungpandan,” ucapnya.

Ditambahkannya, selama di RS swasta tersebut, cuci darah 2x dalam minggu dengan menggunakan BPJS. Setelah hampir satu tahun, RS tersebut tidak terima lagi mungkin pihak RS swasta tersebut dengan RSUD tidak sinkron akhirnya merujuk saya ke RSUD Tanjungpandan.

Kemudian kata Hamidin, setelah di RSUD Tanjungpandan hanya menjalani cuci darah 1x dalam seminggu dan disitulah kondisi saya drop, sesak di dada bahkan saat jalan di dalam rumah pun cepat capek.

Senada dengan Beti, harapannya agar pihak RSUD melakukan cuci darah sebaiknya 2x dalam seminggu sebagaimana layaknya walaupun dengan alasan pasien penuh.

Begitu juga pihak terkait agar menyediakan tempat atau sejenis klinik untuk pasien cuci darah.

Pewarta: Manurung S.

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *