jejakkasus.co.id, CIREBON – Warga di Daerah Pemilihan (Dapil) III Kabupaten Cirebon mengharapkan persoalan di daerahnya bisa tuntas, seperti Banjir, Jalan Rusak hingga persoalan Sampah yang berserakan hingga kini belum tertuntaskan, khususnya di Desa Bayalangu dan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Jabar).
Aspirasi itu disampaikan kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Cirebon dari Dapil III Hj. Hanifah saat menggelar Reses beberapa waktu lalu.
“Masyarakat meminta Jalan Rusak bisa segera diperbaiki. Banjir dan Sampah bisa dituntaskan,” ungkap Hanifah.
Menurut Hanifah, persoalan Jalan Rusak ini, sebenarnya bukan hanya di Dapilnya saja, tapi hampir rata, di setiap Dapil ada.
“Sebenarnya, kalau Jalan Rusak kan hampir rata. Harusnya jadi perhatian pemerintah,” kata Hanifah.
Hanifah mengungkapkan, juga terkait Sampah. Memang untuk persoalan ini tidak bisa sepenuhnya menyerahkan kepada Pemerintah Daerah (Pemda). Tapi harus ada kesadaran dari masyarakatnya juga, jangan membiasakan membuang Sampah sembarangan.
“Karena, walaupun Sampah sudah diambil, diangkut, dikeruk, Sampahnya numpuk lagi. Itu karena kesadaran masyarakatnya dalam membuang Sampah secara baik belum terarah. Mereka masih belum bisa mengubah gaya hidupnya,” jelas Hanifah.
Hanifah membeberkan, bukan hanya itu, persoalan Banjir pun menjadi keluhan yang disampaikan, dimana beberapa titik masih mengalami Banjir.
“Khususnya di Bayalangu, Banjir di sana Banjirnya bukan satu dua jam. Jadi, masyarakat selalu khawatir kalau sudah turun hujan. Bisa sampai stres mereka,” terang Hanifah.
Hanifah menegaskan, hal ini wajar saja, karena Sungai-Sungainya sudah mengalami Sedimentasi yang cukup tebal. Harus dilakukan perbaikan.
“Ada Sungai Sirganala. Ini menjadi kewenangan BBWS. Harusnya bisa dikeruk secara tuntas. Di sana memang sudah dilakukan pengerukan. Informasinya sampai menghabiskan anggaran Rp 600 juta untuk pengerukannya. Tapi karena belum tuntas, Banjir pun masih kerap dirasakan warga,” ungkap Hanifah.
Selain itu, ketika Politisi PKB tersebut menggelar Reses di Arjawinangun juga mendapat keluhan terkait kurang maksimalnya pelayanan PDAM. Air PDAM tidak lancar. Seringnya mampet, warga pun dibuat kesal karenanya.
“Kalau di Arjawinangun mereka kekurangan Air. Air dari PAM-nya tidak ngocor. Saya jadi punya keinginan untuk mengagendakan kunjungan ke sana,” tutur Hanifah.
Hanifah menduga, karena selama ini hanya pihak tertentu saja yang mendapatkan pelayanan optimal. Masyarakat umum kesulitan.
“Ya, hanya yang beruntung saja yang Airnya lancar. Harusnya pelayanan bisa maksimal. Minimalnya bisa untuk cebok. Ini sih kurang pisan,” pungkasnya. (H. Indang/Red)