Jawa Barat: Kasus HIV Melonjak, KPA Memotret dari Sudut Program dan Kebijakan

jejakkasus.co.id, CIREBON – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Indonesia per Juni 2022 mencapai 519.158 orang, dan dari 10 Provinsi kasus HIV tertinggi di Indonesia, Jawa Barat (Jabar) menempati urutan ketiga kasus terbanyak, yakni 57.246 orang mengidap HIV yang tersebar di sejumlah Kabupaten/Kota.

Berikut 10 besar Provinsi dengan kasus HIV tertinggi di Indonesia dilansir CNN Indonesia, Senin (05/09/2022).

1. DKI Jakarta: Total pengidap HIV di Jakarta sebanyak 90.956 kasus.

2. Jawa Timur: Penderita HIV di Jawa Timur sebanyak 78.238 kasus.

3. Jawa Barat: Sebanyak 57.246 orang mengidap HIV yang tersebar di sejumlah Kabupaten/Kota.

4. Jawa Tengah: Pengidap HIV di Jawa Tengah sebanyak 47.417 kasus.

5. Papua: Kasus HIV yang terdata di Papua sebanyak 45.638.

6. Bali: Jumlah pengidap HIV di Provinsi Bali mencapai 28.376 kasus.

7. Sumatera Utara: Sebanyak 27.850 orang terdeteksi mengidap HIV.

8. Banten: Kasus HIV di wilayah ini mencapai 15.167

9. Sulawesi Selatan: Kasus HIV di Sulawesi Selatan saat ini mencapai 14.810

10. Kepulauan Riau: Sebanyak 12.943 kasus ditemukan di wilayah ini.

Kasus tersebut didominasi kelompok Heteroseksual, yakni sebanyak 28,1 persen dari total keseluruhan kasus.

Infeksi HIV merupakan salah satu penyakit yang harus diwaspadai, karena menyerang sistem imun tubuh manusia, dan hingga saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkannya secara menyeluruh.

Penularan Infeksi HIV umumnya terjadi melalui hubungan seksual tanpa Pengaman, penggunaan Jarum Suntik secara bergantian, dan proses Persalinan serta Menyusui dari Ibu ke Anak. LGBT juga termasuk ke dalam Kelompok Berisiko, yakni 18,7 persen dari total keseluruhan kasus di Indonesia.

Sementara, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Jabar) mencatat total kasus HIV/AIDS ditemukan 197 kasus, melonjak sejak 7 bulan terakhir, yakni bulan Januari hingga Juli 2022 dan yang mendominasi akibat perilaku Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL).

Dari jumlah tersebut, ada 46 kasus baru yang ditemukan Dinkes sejak tahun lalu. Kasus tersebut berasal dari kategori Perilaku LSL menjadi Fenomena Gunung Es yang jumlahnya bisa saja jauh lebih banyak dari jumlah yang ditemukan.

Hal itu diungkap Subkoordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Kabupaten Cirebon dr. Lukman Denianto, bahwa itu artinya ada peningkatan drastis kasus HIV/AIDS.

“Kriteria Populasi Kunci dilakukan melalui screening, untuk LSL ini paling banyak jumlahnya, dalam 7 bulan terakhir saja ada 46 kasus baru,” papar Lukman dilansir INILAHKORAN, Minggu (4/9/2022).

Menanggapi Fenomena HIV/AIDS di Kabupaten Cirebon, Kepala Sekretariat KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Kabupaten Cirebon Dr. Aip Syarifudin saat dikonfirmasi mengatakan, dengan melihat data kasus, tentu akan selalu meningkat, karena banyak faktor.

KPA Memotret dari Sudut Pandang Program dan Kebijakan

Kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pencegahan penyebaran HIV/AIDS, dan ini menjadi tugas bersama dalam memberikan pemahaman guna menumbuhkan kesadaran masyarakat melalui edukasi dan sosialisasi secara gencar dan lebih masif lagi.

Selama ini, KPA dibantu beberapa Organisasi concern pada masalah HIV/AIDS, terus melakukan sosialisasi dan edukasi juga pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

“Bertambahnya kasus baru HIV/AIDS tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor. Ini PR kita bersama bagaimana menekan angka kasus. Jumlah positif kasus HIV meningkat bukan saja pada kategor LSL, akan tetapi selain dari 5 komunitas, juga dari Ibu Rumah Tangga dan Ibu Hamil,” kata Aip melalui sambungan telepon kepada jejakkasus.co.id, Senin (05/09/2022).

Aip mengungkapkan, KPA bersama Dinkes dan Relawan tidak henti-hentinya menyampaikan bahaya dari HIV/AIDS, begitupun pelayanan kesehatannya pun sudah tersebar di seluruh Puskesmas dan Rumah Sakit di Kabupaten Cirebon.

Aip meminta, agar masyarakat memiliki kesadaran, karena percuma saja edukasi, sosialisasi dan pelayanan diadakan, bila tidak dibarengi dengan kesadaran masyarakat untuk tes HIV.

Aip menegaskan, edukasi dan sosialisasi serta pemeriksaan harus digencarkan lagi melalui program-program kebijakan pemerintah, terutama pada Kelompok Berisiko untuk mencegah penularan yang meluas.

“Butuh keterlibatan dan dukungan semua Unsur, yakni Pemerintah, Pendidikan atau Akademisi, Media, Dunia Usaha, Organisasi Profesi, LSM, dan masyarakat dalam melakukan pencegahan penyebaran HIV/AIDS yang lebih gencar dan lebih masif lagi untuk membongkar Fenomena Gunung Es ini, khususnya di Kabupaten Cirebon,” tegas Aip. (Om JK)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *