Nasional: PPKM Level 4 Jawa-Bali Berakhir, Epidemiolog : Idealnya Dilanjutkan

jejakkaus.co.id,JAKARTA – Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 Jawa-Bali hari ini berakhir. Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, idealnya pemerintah memperpanjang kebijakan PPKM Level 4 di Jawa-Bali.

Dicky mengatakan, alasannya, angka kematian akibat Covid-19 dan positivity rate masih tinggi. Kemudian, tingkat keterisian tempat tidur di Rumah Sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) memang mulai menurun, tetapi banyak warga yang melakukan isolasi mandiri di rumah.

“Kalau dilonggarkan PPKM-nya, maka kasus kesakitan dan kematian bisa meningkat lagi, karena kondisinya belum aman,” kata Dicky, Senin (2/8/2021) dilansir KOMPAS.com.

Dicky juga mengatakan, pemerintah mungkin akan melonggarkan PPKM Level 4, mengingat kondisi ekonomi dan sosial.

Namun, ia meminta agar kelonggaran itu diimbangi dengan meningkatkan 3T atau pemeriksaan (testing), pelacakan (tracing) dan perawatan (treatment) yang serius dan vaksinasi.

“3T, dengan tes 1 juta, vaksinasi diperbanyak dengan target 1 juta per hari dan 5M benar-benar diperketat, jangan sampai masyarakat salah pemahaman “dilonggarkan” berarti situasi sudah aman,” ujarnya.

Selain itu, ia mengatakan, kegiatan di perkantoran sebaiknya tetap menerapkan bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH) 100 persen dengan melihat perkembangan status level daerah.

Lanjut Dicky, pemerintah harus menekan angka kematian akibat Covid-19 dengan melindungi kelompok masyarakat yang berisiko keparahannya seperti Ibu Hamil (Bumil), Lanjut Usia (Lansia), dan pasien Komorbid.

“Jangan sampai para komorbid, Ibu Hamil dipaksa Work From Office (WFO) di kala situasinya masih tinggi seperti sekarang ini. Situasi masih tinggi, peluang terkena Covid-19 tinggi dan dampaknya keparahan/kematian,” ucapnya.

Selanjutnya, Dicky mengatakan, masyarakat harus diberikan edukasi terkait kondisi pandemi sehingga tidak abai dalam menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes).

“Paradigma yang keliru tentang banyak temuan kasus sebagai kelemahan pemerintah, justru jika sedikit patut dicurigai lemahnya mendeteksi musuh. Tidak perlu malu dengan kasus banyak. Yang perlu malu itu jika kematian banyak,” pungkasnya. (Ratu-001)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *