PALEMBANG- JK. Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Pusat yang juga mantan Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA menilai Sumsel sangat siap menjadi Provinsi percontohan dalam pengembangan Wakaf di Indonesia. Pernyataan itu disampaikannya saat melantik pengurus BWI Perwakilan Sumsel Masa Bhakti 2021-2024, di Auditorium Bina Praja. Selasa (16/03/2021).
M. Nuh menyampaikan, dengan kelebihan Sumber Daya Alam (SDA) maupun Sumber Daya Manusia (SDM) serta Religiusitas masyarakatnya, Sumsel sangat mungkin menjadi model terbaik pengembangan Wakaf secara Nasional.
Untuk mewujudkan hal itu, M. Nuh memberikan beberapa pesan kepada pengurus BWI Perwakilan Sumsel yang baru dilantik.
Beberapa pesan tersebut diantaranya, para pengurus BWI Sumsel diharapkannya konsisten menjaga niat, kekompakan dan semangat. Terus meningkatkan Literasi Wakaf melalui keragaman metode.
Kemudian bergerak cepat meningkatkan jumlah Wakif dari kalangan Milenial dan mempermudah prosesnya. Meningkatkan jumlah dan keragaman harta Wakaf dan mempermudah transaksinya.
“Yang tak kalah penting juga, mereka harus memperkuat Integritas, Profesionalitas dan Militansi Nadzir dalam mengelola aset dan menumbuhkan tingkat kepercayaan publik,” jelas M. Nuh.
Kepercayaan publik itu sangat penting agar Umat tidak ragu mewakafkan hartanya. Dengan demikian, potensi yang besar itu kedepan dapat menjadi Power yang dahsyat dan luar biasa.
Apalagi dimasa pandemi seperti ini. Kekuatan serta kekompakan mengembangkan Wakaf ini akan dapat membantu Pemerintah juga Negara dalam mengatasi peningkatan angka kemiskinan.
“Wakaf membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Melalui pengelolaan Wakaf yang baik, diharapkan dapat berperan membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.
M. Nuh menjelaskan, untuk menambah kepercayaan masyarakat mewakafkan hartanya, perlu dilakukan sosialisasi berkelanjutan mengenai manfaat berwakaf.
Seperti misalnya soal manfaat Wakaf saat ini maupun nanti sebagai amal Jariyah. Termasuk manfaatnya sebagai mesin kesejahteraan masyarakat berbasis Komunitas dan peningkatan kesejahteraan serta manfaat lainnya dalam membangun kemandirian.
“Dahsyatnya kebersamaan juga di contohkan oleh M. Nuh. Misalkan setiap Jumat, setiap orang Wakaf Rp 10.000 dikalikan 1.000 orang makan perbulan bisa R 4.000.000 juta uang terkumpul, bahkan mencapai miliaran setiap tahunnya. Karena bila ada 2 (dua) orang berserikat untuk kebaikan, maka Allah timpakan pertolongan Allah itu yang ketiga, bila ada 3 (tiga) orang berserikat untuk kebaikan, maka Pertolongan Allah itu yang ke-4, demikian dan seterusnya. Bayangkan betapa dahsyatnya kebersamaan itu,” ujar M. Nuh.
Sementara itu Gubernur Sumsel H. Herman Deru mengatakan bahwa, manfaat wakaf yang begitu besar baik sebagai investasi dunia dan akhirat harus terus didengungkan kepada Umat.
Dan tidak mungkin membiarkan BMI Pusat bekerja sendirian. Untuk itu semua pengurus dan para pejabat di Pemerintahan harus menjadi speaker atau penyampai kepada masyarakat.
“Ini memang tidak semudah yang diucapkan. Saya bahkan sampai harus buat edaran agar tidak ada lagi maayarakat yang meminta-minta di jalanan untuk membangun rumah ibadah. Tapi kekompakan seperti inilah yang harus kita lakukan,” ujarnya.
Meski tidak ada insentif untuk para pengurus BWI, HD berharap mereka bisa tetap bekerja dengan ikhlas mewakafkan waktu dan hartanya untuk Umat.
“Termasuk meningkatkan Literasi pengenalan lebih dulu minimal pada Level pendidikan terendah dasar SD hingga SMP. Sehingga pondasi pemahaman mengenai besarnya manfaat Wakaf ini tertanam sejak dini”, harap Deru.
Turut hadir Kakanwil Kemenag Prov. Sumsel H. Mukhlisuddin, Dirut BSB A. Syamsuddin dan Kms (Kiemas), H. Abdul Hali Ali atau H. Halim. (Desi Kurniawati)