PAGAR ALAM- JK. Budidaya ikan lele membutuhkan pakan dan media yang tepat, agar mendapatkan hasil lebih. Selama ini para peternak mengandalkan pakan ikan dari pabrikan, yang tentu tidak murah.
Sebuah terobosan pun dlakukan peternak Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan. Sang peternak mengembangkan pakan ikan lele buatan sendiri. Hasilnya, ternyata tidak kalah kualitas dan jelas mengurangi biaya operasional.
Adalah Thomas Desta (23 tahun), warga Dusun Tegur Wangi Lama, Kelurahan Pagar Wangi, Kecamatan Dempo Utara, Kota Pagar Alam, sang peternak lele yang mengembangkan pakan ikan buatan sendiri itu.
Saat ditemui wartawan Jejak Kasus, Sabtu (28/12/2019), Thomas mengaku memiliki pakan alternatif dan hasil panen lelenya melimpah.
Ia memakai lahan 10 kolam berukuran 15 meter x 5 meter. Setiap kolam berisi sekitar 3 ribu lele berukuran benih 6 cm, setiap 1 benih ikan seharga Rp 100. Setelah kurang dari 30 hari, ikan lele diberi pakan pelet atau pakan pabrikan sebanyak 30 kg sampai 40 kg/hari dengan pemberian makan tiga kali sehari.
Setelah berumur lebih dari 30 hari, ikan lele diberi pakan buatan sendiri, yakni campuran ikan, ampas kelapa dan dedak.
Pakan ikan ini yang membuat ikan lele cepat berkembang, mulai dari kegemukan, panjang ikan sampai warna kulitnya.
Dengan pemberian makan tidak lagi sehari tiga kali, namun porsi ditambah dari sebelumnya. “Memang porsinya kita tambah, untuk mencukupi gizi ikan. Pakan sengaja kita buat sendiri, untuk mengurangi biaya,” jelas Thomas.
Pembuatan pakan sendiri dapat mengurangi biaya operasional untuk pakan ikan. Bila pakan dari palet toko setiap harinya membutuhkan 30 kg dengan biaya sebesar Rp 310. 000, dengan harga Rp 11.000/kg.
“Akan lebih murah bila pakan dibuat sendiri. Setiap 30 kg hanya membutuhkan biaya sekitar Rp 70 ribu saja. Lebih ringan empat kali lipat dibanding membeli pakan pelet toko,” katanya.
Thomas menegaskan, ikan lele akan lebih besar pertumbuhan bila diberi pakan buatannya dibandingkan hanya diberi pakan pabrikan. Media ternak juga lebih bagus bila langsung menggunakan kolam/ dasar tanah dibandingkan media dasar terpal atau plastik.
“Karena ikan akan mudah mendapat gizi yang tersimpan di tanah. Oksigen air akan lebih banyak dibandingkan dengan dasar plastik. Kolam itu kan bisa banyak plangton. Tinggal memberikan tambahan air saja,” lanjutnya.
Ditanya hasil usaha, dirinya menerangkan, untuk tiga ribu benih yang ditaburnya akan menghasilkan ikan 1 ton. Dengan harga tengkulak setiap 1 kg sekitar Rp 20 ribu. Laba kotor yang diterima sebesar Rp 14 juta. Setelah dikurangi dengan biaya operasional selama 60 hari maka laba bersih yang diterima sekitar Rp 8,5 juta.
Biaya operasional, mulai pakan dan pekerja sekitar Rp 5,5 juta. Laba itu dengan asumsi kematian benih sebanyak 20 persen. (Hel)